Pengertian Framing: Cara Media Memanipulasi Informasi

Pengertian Media Framing: Cara Media Memanipulasi Informasi
Media Framing Illustrations. Image: http://tvreport.co.kr
FRAMING atau media framing menjadi topik hangat terkait isu sosial-politik akhir-akhir ini. Secara harfiyah, framing artinya pembingkaian --dari kata frame yang berarti bingkai.

Framing merupakan bagian dari strategi komunikasi media dan/atau komunikasi jurnalistik.

Pengertian praktisnya, framing adalah menyusun atau mengemas informasi tentang suatu peristiwa dengan misi pembentukan opini atau menggiring persepsi publik terhadap sebuah peristiwa.

Framing berita merupakan perpanjangan dari teori agenda setting, yaitu pemilihan fakta dalam sebuah peristiwa yang dinilai penting disajikan dan dipikirkan pembaca (publik).

Framing tidak berbohong, tapi ia mencoba membelokkan fakta dengan halus melalui penyeleksian informasi, penonjolan aspek tertentu, pemilihan kata, bunyi, atau gambar, hingga meniadakan informasi yang seharusnya disampaikan.

Framing bertujuan untuk membingkai sebuah informasi agar melahirkan: citra, kesan, makna tertentu yang diinginkan media, atau wacana yang akan ditangkap oleh khalayak.

Secara teoretis, framing adalah cara pandang yang digunakan wartawan atau media dalam menyeleksi isu dan menulis berita. Framing adalah bagaimana wartawan melaporkan sebuah peristiwa berdasarkan sudut pandangnya --ada fakta yang sengaja ditonjolkan, bahkan ada fakta yang dibuang.

Contoh framing teraktual adalah bagaimana MetroTV, misalnya, memberitakan Aksi 212 secara "berbeda" dengan ketika memberikana Aksi 412. MetroTV tidak begitu gencar mengekspos Aksi 212, namun sebaliknya sangat "bersemangat" dalam liputan Aksi 412.

Framing berkaitan erat dengan kebijakan redaksi (editorial policy), yakni ketentuan peristiwa apa yang boleh dan tidak boleh dipublikasikan.

Editorial Policy terkait erat dengan kepentingan ekonomi, politik, dan ideologi pemilik media. Bisa dikatakan, pemilik media menentukan arah pemberitaan dan agenda media.

Dalam konteks ilmiah-akademis, framing adalah salah satu metode analisis pemberitaan media, yakni analisis
framing.

Analisis Framing adalah pendekatan analisis untuk melihat bagaimana sebuah realitas atau peristiwa dibentuk dan dikonstruksi oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain atau menonjolkan aspek tertentu dalam sebuah peristiwa.

Contoh terkini media framing atau framing berita adalah pemberitaan Aksi 212. Media yang pro-Islam akan gencar menonjolkan kesuksesan dan kehebatan aksi tersebut. Sebaliknya, media yang anti-Islam akan berusaha mencari sisi negatif dalam peristiwa tersebut agar publik menilai Aksi 212 sebagai hal negatif.

Framing merupakan metode penyajian realitas. Kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan penonjolan pada aspek tertentu.

Seara teoretis, sejumlah pakar yang mengemukakan teori atau model framing antara lain Murray Edelman, Robert N. Etman, William A. Gamson, serta Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki..

Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut.

Maka, dengan framing ini, peristiwa yang sama bisa menghasilkan berita dan persepsi yang berbeda. Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas.

Video: Framing -- Cara Media Memanipulasi Informasi




Demikian ulasan ringkas mengenail framing atau media framing dalam konteks komunikasi praktis --bukan konteks ilmiah-akademis, yakni framing adalah cara media memanipulasi informasi untuk kepentingan agenda setting dan menggiring opini publik. Wasalam. (www.komunikasipraktis.com).*

media framing

media framing

Buku Referensi  tentang Framing
  • Sobur. Alex. 2004. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Sudibyo. Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LkiS.
  • Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS
  • Hamad, Ibnu, “Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa”, Granit, Jakarta, 2004.

8 Comments

  1. bisa kasih contohnya pak admin?

    ReplyDelete
  2. kok ngasih contohnya aksi 212? pake dibilang "media yang anti islam...", Berarti kalau tidak ikut 212 adalah orang anti islam ? seperti itukah?. Ini pemikiran goblok.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pemikiran kamu yang GOBLOK otak udang! Baca yang bener, makanya pake otak lu! Kebanyakan dikasih nasi bungkus sih! Cebong!

      Delete
  3. Hi pak selamat malam saya mau tanya,setelah saya menetukan isu apa yang saya mau teliti lalu bagaimana cara menentukan berita apa mana yang akan saya analisi? berdasarkan apa ya menemukan berita terhadap suatu isu yang dipilih? Sebelumnya terimakasih pak atas artikelnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tentu saja, pilih berita yang terkait isu yang sudah dipilih. Misalnya, tentang survei politik, maka beritanya seputar itu.

      Delete
  4. menyimak artikrl di atas, kesimpulannya wartawanlah yang menentukan kebenaran tanpa harus melihat fakta secara utuh.. lalu bagimana bila persepsi korban dari itu itu, tidak menerima, apakah warta ini bisa di perkarakan atau tidah terhadap infomasi yg di publikasikan

    ReplyDelete
Previous Post Next Post