Pengertian Era Disrupsi - Berinovasi atau Tertinggal!

Pengertian Era Disrupsi
ISTILAH disrupsi (disruption) kian popuper, seiring era berkembang pesatnya internet dan digitalisasi.

Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali, salah satu tokoh yang mempopulerkannya melalu buku Disruption: Menghadapi Lawan-Lawan Tak Kelihatan dalam Peradaban.

Dalam bedah bukunya, Rhenald mengatakan, disrupsi makin hari kian menguat. Hal ini sejalan dengan berkembangnya teknologi saat ini. 

Rhenald menyebut disrupsi akan berlangsung terus menerus dan lama. "Ini masih panjang, kalau disruption masih panjang, tetapi evolusinya akan berlangsung sangat cepat," katanya dikutip Kompas.

Dikemukakan pula, saat ini hampir semua industri tengah bertarung menghadapi lawan-lawan baru yang masuk tanpa mengikuti pola yang dikenal masyarakat selama ini. 

"Mereka (lawan-lawan baru) langsung masuk ke rumah-rumah konsumen, dari pintu-pintu, secara online, melalui smartphone," ucapnya. 

Rhenald menyebut, bagi masyarakat yang merayakan perubahan, disrupsi adalah masa depan. Namun, bagi mereka yang sudah nyaman dengan keadaan sekarang dan takut dengan perubahan, mereka akan berpikir bahwa ini adalah awal kepunahan. 

Daya beli dan uang generasi milenial belum sebesar generasi di atasnya yang lebih mapan. Namun, generasi milenial mendapatkan barang-barang dan jasa-jasa yang jauh lebih murah melalui jalur non-konvensional (online store). Hal ini karena dunia ekonomi tengah mengalami disrupsi.

Pengertian Era Disrupsi

Era disrupsi adalah era banyaknya perubahan. Dampkanya beraga, mulai terganggu hingga punah, namun juga banyak yang terbantu dengan adanya perubahan atau inovasi. 

Disrupsi dipandang sebagai era semua orang berlomba menciptakan inovasi. Siapa yang tak berani berinovasi dan mengikuti zaman, kelak akan tertinggal. 

Secara bahasa, disrupsi artinya hal tercabut dari akarnya (KBBI). Era internet memunculkan digitalisasi di segala bidang kehidupan. Transportasi online, toko online, dan media online adalah contoh "produk" yang muncul dan berkembang di era disrupsi ini.

Di era disrupsi ini, masyarakat menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata, beralih ke dunia maya, terutama media sosial.

Banyak pihak yang menjadi korban era disrupsi, di antaranya adalah transportasi konvensional, mall, dan media cetak.

Disrupsi menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi lebih inovatif kreatif. Cakupan perubahannya luas mulai dari dunia bisnis, perbankan, transoprtasi, sosial masyarakat, hingga pendidikan.

Era Disrupsi akan menuntut kita untuk berubah atau punah. Berinovasi atau tertinggal. 

Rheinald Kasali, dilansir Sindonews, memberikan tiga hal untuk menghadapi era disrupsi ini. 
  1. Jangan nyaman menjadi ”pemenang”. Organisasi yang merasa sangat nyaman selalu berasumsi bahwa pelanggan mereka sudah sangat loyal. Padahal, ketika terjadi perubahan fundamental saat ini, perlu ditengok ulang lagi apakah terjadi pergeseran segmen konsumen yang bisa jadi berkarakter lain dengan konsumen lama. 
  2. Jangan takut menganibalisasi produk sendiri. Cara ini sepertinya menjadi cara yang sadis karena harus membunuh produk sendiri dan melahirkan produk baru. Inilah yang dikatakan perubahan mendasar dalam organisasi jika menghadapi era disrupsi. 
  3. Membentuk ulang atau menciptakan yang baru. Melakukan inovasi dengan memodifikasi yang sudah ada dalam bentuk lain atau bahkan menciptakan hal baru akan membuat organisasi akan bisa bertahan.
Tiga strategi tersebut akan membuat disrupsi bukan sebagai ancaman, melainkan justru peluang untuk mendapatkan keuntung­an dan mengembangkan organisasi. 

Demikian ulasan ringkas tentang makna, konsep, atau pengertian era disrupsi. Wasalam. (www.komunikasipraktis.com).*

2 Comments

  1. Thanks, utk tulisan yg mengedukasi

    ReplyDelete
  2. betul banget, evolusinya berlangsung amat cepat..

    ReplyDelete
Previous Post Next Post