Sejarah Jurnalistik, Pers, dan Media Massa

Jurnalisme adalah kegiatan mengumpulkan, menilai, menciptakan, dan menyajikan berita dan informasi. Berikut ini Sejarah Jurnalistik, Pers, dan Media Massa.

Sejarah Jurnalistik, Pers, dan Media Massa

Sebelum membahas Sejarah Jurnalistik, Pers, dan Media Massa, berikut ini pengertian sekaligus perbedaan Jurnalistik, Pers, dan Media Massa.
  • Jurnalistik adalah aktivitas atau keterampilan mengumpulkan, menulis, menyunting, dan menyajikan berita di media massa.
  • Pers adalah lembaga atau organisasi penerbitan media untuk publikasi karya jurnalistik.
  • Media Massa adalah saluran atau tempat publikasi karya jurnalistik yang dikelola oleh lembaga pers.
Sejarah Jurnalistik, Pers, dan Media Massa tidak lepas dari kelahiran Acta Diurna, penemuan kertas, dan penemuan mesin cetak yang melahirkan suratkkabar, tabloid, atau majalah.

Sejarah Jurnalistik, Pers, dan Media Massa

Jurnalistik, Pers, dan Media Massa bisa dikatakan lahir dan berkembang secara bersamaan.

Jurnalisme lahir karena kebutuhan masyarakat akan informasi. Awalnya, informasi hanya disampaikan melalui lisan.

Penyebaran informasi hanya mengandalkan berita yang dibawa oleh pengembara atau sebaliknya, seseorang perlu melakukan pengembaraan untuk mencari berita dari narasumbernya. Cara ini jelas tidak efektif dan tidak jarang membuat informasi berita menjadi terdistorsi.

Cara ini masih terus berlangsung hingga kemampuan literasi akhirnya sampai pada warga Yunani pada masa sebelum masehi.

Kemampuan literasi kemudian didukung oleh teknologi literasi seperti penemuan tinta, pena bulu, pena besi, hingga media penulisan seperti tanah liat, batu, hingga kulit hewan.

Media Pertama: Acta Diurna

Media massa atau pers pertama dikenal sebagai Acta Diurna atau berita harian bangsa Romawi kuno.

Acta Diurna 123RF.com
Acta Diurna (123RF.com)

Acta Diurna diyakini muncul pada 131 tahun sebelum masehi dan bertahan hingga tahun 222 masehi.

Acta Diurna bertahan selama 353 tahun sebagai media yang ditulis oleh seseorang dari pemerintah Romawi.

Acta Diurna berfungsi sebagai pembawa berita penting dan pengumuman publik dari pemerintah.

Selain itu, Acta Diurna berfungsi untuk membuat pengumuman seperti berita kelahiran, pernikahan, dan kematian orang-orang penting, berita astrologi hingga pengumuman lomba seperti gladiator, berita kejahatan, dan hukuman.

Pada masa awal keberadaan media cetak, baik alat tulis maupun media tulis masih sangat mahal dan sulit untuk didapatkan.

Media tulis awal berupa perkamen atau kertas yang terbuat dari kulit hewan, tanah liat, lempengan metal, dan bebatuan membutuhkan banyak waktu dan tenaga, sehingga tidak semua orang dapat mengakses teknologi literasi ini.

Penemuan Kertas

Baru pada tahun 1282, pertama kali diciptakan mesin pembuat kertas bertenaga air di Aragon (sekarang dikenal sebagai Spanyol) yang disponsori oleh Raja Peter III.

Produksi kertas ini memungkinkan untuk warga dari kelas menengah kebawah untuk mengakses teknologi literasi.

Setelah masa ini, warga banyak belajar dan bahkan mulai mempublikasi hasil tulisan baik berita maupun puisi, komentar sosial (editorial), dan satir.

Penemuan Mesin Cetak

Sebuah peristiwa revolusioner yang kemudian terjadi ialah hadirnya percetakan pertama di dunia yang diciptakan oleh Johannes Gutenberg pada tahun 1440 di Jerman.

Johannes Gutenberg

Gutenberg menciptakan alat cetak yang terbuat dari campuran metal yang dapat dilelehkan kembali.

Inovasi Gutenberg ini memperbaiki teknologi percetakan yang sebelumnya mengandalkan kayu yang memiliki kelemahan berupa tidak dapat digunakan kembali dan pencetakan yang semakin akhir semakin pudar karena kayu yang terkikis.

Alat cetak Gutenberg memungkinkan pencetakan yang akan tetap terlihat tajam hasil tulisannya, dan memungkinkan produksi menjadi lebih cepat dan murah.

Mesin Cetak Temuan Gutenberg
Mesin Cetak Temuan Gutenberg.

Gutenberg juga menciptakan tinta yang berbahan dasar minyak sehingga dapat memperbaiki kualitas tinta yang saat itu hanya berbahan dasar air, yang cenderung lebih cepat pudar.

Penemuan Gutenberg ini memungkin percetakan media massa yang pertama. Sebelumnya, percetakan dalam satu hari hanya dapat mencapai 400 halaman.

Setelah adanya inovasi ini, memungkinkan sebuah percetakan untuk mencetak sampai dengan 3600 halaman dalam satu hari.

Percetakan Gutenberg kemudian meciptakan buku, yang kemudian menyebar ke seluruh penjuru Eropa, membuat budaya literasi semakin menyebar luas. Setelah adanya percetakan Gutenberg, penulis dan jurnalis muncul sebagai profesi yang menjanjikan.

Kelahiran Surat Kabar

Setelah adanya teknologi percetakan ini, media massa mulai bermunculan dimana-mana. Media massa berbahasa inggris tertua yang masih bertahan hingga saat ini ialah The Oxford Gazette (sekarang The London Gazette) yang muncul pertama kali pada tahun 1665.

Selanjutnya, media massa muncul pertama kali di Amerika pada tahun 1690 di Boston. Media massa baru terus bermunculan di berbagai lokasi di Amerika.

Perkembangan selanjutnya dari media massa ialah kelengkapan yang ditambahkan pada berita. Berawal dari ilustrasi, hingga pada tahun 1861 jurnalisme foto pertama kali dikenalkan oleh Mathew Brady, yang mendokumentasikan berbagai kejadian pada masa Perang Dunia Pertama.

Brady berhasil melakukan dokumentasi ini setelah mengajukan petisi kepada Presiden Abraham Lincoln. Hasil dokumentasi Brady kemudian ditunjukkan dalam sebuah pameran foto miliknya. Foto-foto ini masih menjadi sumber berharga bagi para sejarawan.

Kelahiran Radio

Setelah berbagai revolusi pada media cetak, dunia jurnalisme kemudian beranjak ke media lain. Radio menjadi media pertama di dunia yang menjadi alat penyebaran berita dan informasi setelah media cetak.

Radio berita pertama muncul di Pensylvania pada tahun 1920. Radio tidak lagi menjadi sekadar alat individu-ke-individu melainkan menjadi media massa.

Radio memungkinkan persebaran berita dengan lebih cepat dan mencapai warga yg tidak dapat mengakses media cetak.

Pada tahun 1925 kemudian diperkenalkan kamera berlensa 35 mm oleh Leica, yang memungkinkan jurnalisme foto bergerak lebih leluasa.

Kelahiran Televisi

Perkembangan kamera kemudian mendorong perkembangan dunia pertelevisian. Awalnya televisi hanya digunakan untuk tujuan hiburan.

Masih sedikit dari masyarakat yang memiliki televisi membuat televisi tidak dipertimbangkan sebagai media massa.

Hingga pada tahun 1947 di Washington DC, pertama kali jurnalisme melibatkan televisi. Acara ‘Meet the Press’, sebuah acara yang diadaptasi dari radio, menyiarkan acara wawancara yang melibatkan pejabat politik, ahli ekonomi, serta ahli pemerintahan untuk kemudian didiskusikan oleh para jurnalis.

Secara perlahan tapi pasti, televisi mendapatkan kepercayaan publik dan memiliki kemampuan untuk menggerakkan publik dengan teknologi gambar bergerak dan bersuara.

Tahun 1973 menandai masuknya komputer sebagai bagian dari jurnalisme. Belum sebagai media penyebaran informasi, namun kemudahan komputer untuk memproduksi tulisan memudahkan jurnalis dan editor dalam bekerja.

Kelahiran Jurnalistik Online

Baru pada tahun 1996 banyak media cetak yang hadir mengandalkan internet dalam bentuk situs web atau halaman di internet.

Pada awalnya, media online dianggap merugikan karena tidak dapat menghasilkan uang lebih banyak daripada media cetak. Sedangkan pengguna media cetak juga menurun karena lebih banyak orang mengakses media online.

Baru pada tahun 2010-an media online akhirnya menghasilkan pemasukan lebih tinggi dibanding media cetak.

Setelah masuknya internet, media sosial kemudian menjadi salah satu bagian dari jurnalisme. Pada tahun 2007, kasus penembakan di Virginia Tech menjadikan momen breaking news pertama yang berasal dari pesan singkat dan pesan-video yang berasal dari salah satu korban.

Peristiwa ini kemudian meyakinkan warga bahwa media sosial dan internet menjadi alat yang dapat menjadi media yang terpercaya untuk menyampaikan berita serta menjadi sumber berita.

Setelah tahun 2010, jurnalisme menjadi sangat fleksibel, baik dalam bentuk video, hingga podcast atau rekaman suara yang dapat dipilih temanya sesuai keinginan.

Meskipun begitu, media cetak masih memiliki panggungnya sendiri karena dianggap lebih relevan bagi golongan masyarakat yang telah hidup sejak belum adanya media lain selain media cetak.

Demikian Sejarah Jurnalistik, Pers, dan Media Massa. Wasalam.*

Referensi Utama: Goodheart-Willcox Co Publishers. Journalism Across Media.

2 Comments

  1. KOnten yang baik. semoga jadi amal jariah bagi penulisnya. ijin copy jih.

    ReplyDelete
Previous Post Next Post