Secara praktis, literasi digital adalah "melek IT", melek teknologi internet, atau "tidak gaptek".
Literasi digital mengacu pada kemampuan individu untuk menemukan, mengevaluasi, dan menyusun informasi yang jelas melalui tulisan dan media lain di berbagai platform digital.
Literasi digital menaungi dan menjadi landasan penting bagi kemampuan memahami perangkat-perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi atau TIK.
Menurut Paul Gilster dalam Digital Literacy (1997), literasi digital adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer.
Namun, literasi informasi baru menyebar luas pada dekade 1990-an manakala informasi semakin mudah disusun, diakses, disebarluaskan melalui teknologi informasi berjejaring.
Berikut ini rincian manfaat literasi digital:
Contoh kegiatan literasi digital di sekolah, keluarga, dan masyarakat adalah sebagai berikut.
Referensi: Literasi Digital (Gerakan Literasi Nasional). Jakarta: Sekretariat TIM GLN Kemdikbud. 2017.
Literasi digital dievaluasi oleh tata bahasa, komposisi, keterampilan mengetik dan kemampuan seseorang untuk menghasilkan teks, gambar, audio, dan desain menggunakan teknologi. (Wikipedia)
Literasi digital menaungi dan menjadi landasan penting bagi kemampuan memahami perangkat-perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi atau TIK.
Pengertian Literasi Digital
Secara bahasa, literasi (literacy) atinya melek huruf atau kecakapan membaca dan menulis. Maka, secara bahasa, literasi digital adalah kemampuan membaca dan menulis dalam teknologi digital.
Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu
Jadi, pengertian literasi digital adalah kemampuan dan wawasan seseorang dalam aspek pemanfaatan teknologi digital, alat komunikasi, membuat dan mengevaluasi informasi dengan sehat dan cermat serta patuh kepada hukum dalam kehidupan.
Bawden (2001) menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada literasi komputer dan literasi informasi.
Literasi komputer berkembang pada dekade 1980-an, ketika komputer mikro semakin luas dipergunakan, tidak saja di lingkungan bisnis, tetapi juga di masyarakat.
Namun, literasi informasi baru menyebar luas pada dekade 1990-an manakala informasi semakin mudah disusun, diakses, disebarluaskan melalui teknologi informasi berjejaring.
Dengan demikian, mengacu pada pendapat Bawden, literasi digital lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.
Literasi digital adalah kemampuan dan pengetahuan untuk memanfaatkan sarana digital secara bijak dan tepat dalam upaya mengembangkan kemampuan dalam penerapan TIK dalam sehari – hari.
Literasi digital adalah ketertarikan, sikap, dan kemampuan individu menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat, dan berkomunikasi dengan orang lain.
Mengutip Seri Buku Literasi Digital Kerangka Literasi Digital Indonesia, secara umum, yang dimaksud dengan literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengomunikasikan konten/informasi, dengan kecakapan kognitif maupun teknikal.

Mengutip Seri Buku Literasi Digital Kerangka Literasi Digital Indonesia, secara umum, yang dimaksud dengan literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengomunikasikan konten/informasi, dengan kecakapan kognitif maupun teknikal.

Elemen Literasi Digital
Douglas A.J. Belshaw dalam What is ‘Digital Literacy‘? (2011) mengemukakan delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital, yaitu sebagai berikut.
1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital;
2. Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten;
3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual;
4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital;
5. Kepercayaan diri yang bertanggung jawab;
6. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru;
7. Kritis dalam menyikapi konten; dan
8. Bertanggung jawab secara sosial.
1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital;
2. Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten;
3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual;
4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital;
5. Kepercayaan diri yang bertanggung jawab;
6. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru;
7. Kritis dalam menyikapi konten; dan
8. Bertanggung jawab secara sosial.
Manfaat Literasi Digital
Literasi digital menjadi penting karena bisa membuat seseorang mampu untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif; memecahkan masalah; berkomunikasi dengan lebih lancar; dan berkolaborasi dengan lebih banyak orang.
Berikut ini rincian manfaat literasi digital:
- Menghemat waktu: mencari referensi di internet dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.
- Lebih hemat biaya: banyak web dan aplikasi gratis di internet yang menawarkan diskon.
- Memperluas jaringan: menambah teman baru dari berbagai wilayah dan negara melalui media sosial.
- Membuat keputusan yang lebih baik: mencari tahu dan membandingkan harga sebuah produk melalui internet.
- Belajar lebih cepat dan efisien: misalnya mencari arti kata atau istilah tertentu.
- Memperoleh informasi terkini dengan cepat: mengetahui kondisi lalu lintas terkini dengan menggunakan aplikasi.
- Ramah lingkungan: menghemat kertas dengan menggunakan buku elektronik.
- Memperkaya keterampilan: membuat percobaan sains dengan melihat tutorial yang ada di internet.
Contoh Literasi Digital
Kirim dan terima email, bermedia sosial, jual-beli online, internet banking, blogging, dan tentu saja "Googling" termasuk contoh literasi digital.
Contoh kegiatan literasi digital di sekolah, keluarga, dan masyarakat adalah sebagai berikut.
Contoh literasi digital di sekolah:
- Penyediaan kelas virtual sehingga siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja;
- Berkomunikasi antar warga sekolah menggunakan teknologi digital, seperti pos-el (e-mail) dan media sosial;
- Pengarsipan digital;
- Membuat dokumentasi keluarga: foto dan video;
- Menjelajahi (browsing) informasi di internet bersama anggota keluarga;
- Menonton film di internet;
- Memasak dengan menggunakan tutorial resep dari internet;
- Media sosial untuk peningkatan usaha dan kewirausahaan;
- Penggalangan dana sosial;
- Menggunakan petisi daring (online) untuk kontrol sosial;
- Mencari pekerjaan;
Referensi: Literasi Digital (Gerakan Literasi Nasional). Jakarta: Sekretariat TIM GLN Kemdikbud. 2017.
informasi yang menarik dan menambah pengetahuan, yukk kunjungi artikel universitas airlangga yang juga memberikan informasi yang menarik https://www.unair.ac.id/2022/09/06/bem-sikia-unair-bagikan-tips-perkuat-literasi-digital-mahasiswa/
ReplyDelete